Kamis, Januari 29, 2009

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

Oleh : Nurkolis

Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).

Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.

Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.

Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).

Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.

Nilai

Balik Pendidikan
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta, 1999, h.247).

Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.

Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.

Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.

Fungsi

Non Ekonomi
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development, Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).

Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.

Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.

Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.

Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.

Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama.

Nurkolis, Dosen Akademi Pariwisata Nusantara Jaya di Jakarta.

PENDIDIKAN JARAK JAUH


Pendidikan Jarak Jauh secara tersurat sudah termaktub di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang "Sistem Pendidikan Nasional". Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat pada BAB VI Jalur, jenjang dan Jenis Pendidikan pada Bagian Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh pada Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tata muka atau regular; (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standard nasional pendidikan; (4) Ketentuan mengenai penyelenggarakan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Ini menunjukan kepada kita bahwa pendidikan jarak jauh merupakan program pemerintah yang perlu terus didukung. Pemerintah merasakan bahwa kondisi pendidikan negeri kita perlu terus dibenahi, dan tentunya diperlukan strategi yang tepat, terencana dan simultan. Selama ini belum tersentuh secara optimal, karena banyak hal yang juga perlu dipertimbangkan dan dilakukan pemerintah didalam kerangka peningkatan kualitas sector pendidikan.

Pendidikan jarak jauh pada kondisi awal sudah dijalankan pemerintah melalui berbagai upaya, baik melalui Belajar Jarak Jauh yang dikembangkan oleh Universitas Terbuka, mapun Pendidikan Jarak Jauh yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Departemen Pendidikan Nasional, melalui program pembelajaran multimedia, dengan program SLTP dan SMU Terbuka, Pendidikan dan Latihan Siaran Radio Pendidikan.

Berkenaan dengan itu, yang pasti sasaran dari program pendidikan jarak jauh tidak lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang belum tersentuh mengecap pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar, menengah. Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pergunungan, dan banyak pula yang dipisahkan antar pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan jarak jauh mutlak terbuka lebar. Perlu dicatat bahwa pemerintah telah melakukan dengan berbagai terobosan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Upaya keras yang dilakukan adalah berkaiatan dengan lokalisasi daerah terpencil, pedalaman yang sangat terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi, komunikasi, maupun informasi. Hal ini sesegera mungkin untuk diantisipasi, sehingga jurang ketertinggalan dengan masyarakat perkotaan tidak terlalu dalam, dan segera untuk diantisipasi.

Semangat otonomi daerah memberikan angin segar terhadap pelaksanaan program pendidikan jarak jauh. Apalagi bila kita telusuri, masih banyak para guru yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi karena keterbatasan dana, ditambah lagi ketidakmungkinannya untuk meninggalkan sekolah, maka cita-cita untuk melanjutkan belum tercapai.

Akan tetapi dengan melalui program pendidikan jarak jauh melalui pola pembelajaran multi media yang digalakan oleh Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Pendidikan Nasional, merupakan angin segar bagi para guru-guru yang berpendidikan SPG/SGO untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Diploma Dua melalui Program PGSD. Demikian pula bagi para guru-guru yang baru direkrut melalui program guru bantu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat maupun guru kontrak yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, pada umumnya banyak lulusan SMU/SMK/MA tentunya dari segi kualitas perlu terus ditingkatkan, apalagi yang menyangkut kemampuan didaktik, metodik dan paedogogik masih perlu banyak belajar, karena selama menjalani pendidikan di sekolah menengah tidak pernah mendapatkan materi tersebut. Mereka-mereka ini perlu diberi kesempatan untuk mengikuti program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) selama dua tahun.

Katanya Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Dinas Pendidikan Nasional bekerjasama dengan LPTK, dan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota tahun depan akan melaksanakan program pendidikan jarak jauh, yang akan diujicoba untuk lima propinsi se Indonesia, Yakni Propinsi Riau, Sumatera Barat, Papua, Gorontalo, dan Ujung Pandang.

Pola yang diterapkan melalui program pembelajaran multimedia, dengan melibatkan LPTK yang ada, Dinas Kabupaten/Kota serta Pustekkom Propinsi. Para guru tidak perlu lagi meninggalkan tugas mengajar, dan tentunya proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif seperti biasa. Para tutorial dan teknisi dari LPTK yang akan datang ke daerah untuk melakukan proses pembelajaran.

Telah terjadi distribusi hak dan wewenang antara, LPTK, Pustekkom, Dinas Pendidikan, dalam proses pelaksanaan, dan masing-masing tetap menyatukait, dan ada beberapa program yang dilaksanakan secara bersama-sama. Hal ini telah diatur sesuai dengan kesepakatan antara LPTK, Dinas Pendidikan, Pustekkom beberapa waktu yang lalu.

Untuk itu Dinas Pendidikan Propinsi Riau bersama dengan LPTK (FKIP UNRI) akan melaksanakan sosialisasi tentang program ini, telah melakukan rapat koodinasi tanggal 15 November 2003 bersama seluruh kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau. Pada kesempatan itu Pemerintah Pusat melalui Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi memberikan beberapa informasi pada pertemuan itu. Sehingga kesepakatan untuk melaksanakan program peningkatan Sumber Daya Manusia dalam hal ini "Guru" dapat terwujud sesuai dengan apa yang direncanakan. Semoga.

Korupsi Pendidikan sangat Merugikan Bangsa

YOGYAKARTA

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Jusuf Kalla Kalla menegaskan, korupsi yang terbesar di negeri ini justru dilakukan oleh kalangan pendidikan.

Korupsi dunia pendidikan itu berbentuk pengatrolan nilai dari oknum pendidik, untuk meluluskan peserta didiknya. Pada Rakernas Perguruan Tinggi se-Indonesia di Yogyakarta, Kamis (27/3), Menko Kesra mengatakan, selama ini kalangan pendidik akan sangat bangga jika anak didiknya dapat lulus 100%. \"Akibatnya sangat buruk, anak-anak menjadi merasa bahwa belajar itu tidak perlu.\"

Dia menjelaskan, sekarang ini kalangan pejabat, termasuk mereka yang duduk di dunia pendidikan, harus bisa tegas tidak meluluskan anak yang tidak pantas untuk naik kelas atau tidak pantas lulus karena nilainya memang kurang mencukupi. \"Bahkan perlu kita menertawakan sekolah-sekolah yang masih bangga dengan keberhasilannya meluluskan 100% anak didiknya.\"

Pengatrolan nilai demi angka kelulusan semacam ini harus segera dihilangkan. Sebab menurut Menko, hal ini akan berakibat fatal, yaitu pembodohan dan menimbulkan kemalasan peserta didik.

Pengawasan BBM

Pada kesempatan yang sama, Menko Kesra menandatangani kerja sama dengan 35 perguruan tinggi di Indonesia, untuk terlibat melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKPS BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakan Minyak), yang akan dilaksanakan 2003 ini di sejumlah daerah.

Beberapa waktu lalu pihak Menko Kesra sudah meminta kesediaan kalangan perguruan tinggi untuk membantu mengawasi pelaksanaan PKPS BBM, demi mencegah kebocoran dan penyalahgunaan dana.

Ketua Pelaksana Koordinasi Sosialisasi dan Pemantauan PKPS BBM Kantor Menko Kesra Soedjono Poerwaningrat mengatakan, pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi, berbeda dengan pemantauan yang dilakukan oleh unsur pemerintahan.

Ia mengatakan, pemantauan yang dilakukan oleh perguruan tinggi itu antara lain berupa sejauh mana pelaksanaan PKPS BBM berlangsung, sesuai dengan ketentuan sasaran yang dituju, jumlah dan mutu, serta waktu yang ditetapkan.

\"Selain itu pihak perguruan tinggi akan menganalisis faktor penyebab bila terjadi ketidaktepatan, melakukan kajian evaluatif tentang efektivitas program, dan memberikan umpan balik kepada penyelenggara PKPS BBM tentang masalah, hambatan penyaluran kompensasi serta upaya perbaikan yang dapat ditempuh selama pelaksanaan program itu,\" jelasnya.

Disebutkan, selama tiga tahun terakhir ini dana PKPS BBM terus mengalami kenaikan. \"Pada 2000 lalu sebesar Rp800 miliar, pada 2001 menjadi Rp2,2 triliun, 2002 menjadi Rp2,8 triliun, dan pada 2003 ini dialokasikan sebesar Rp4,4 triliun.\"

Menurut Soedjono, tujuan program tersebut adalah untuk meringankan beban pengeluaran masyarakat khususnya yang tidak mampu, dengan kompensasi yang meliputi beras murah, bantuan pendidikan umum dan pendidikan agama, bantuan pelayanan kesehatan, bantuan bahan makanan untuk panti sosial, bantuan alat kontrasepsi, bantuan transportasi, pemberdayaan masyarakat pesisir, dana bergulir, dan penanggulangan pengangguran.

Perguruan tinggi yang terlibat dalam kerja sama pengawasan ini antara lain Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Haluoleo, dan lain-lain. (media)

Pendidikan Luar Sekolah

Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS).

Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi

Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun.

Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :

  1. Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini;

  2. Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B setara SLTP;

  3. Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional;

  4. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting);

  5. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan

  6. Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di Riau.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah :

  1. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS;

  2. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil;

  3. Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus;

  4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat; serta

  5. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.

Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah :

  1. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah;
  2. Pembinaan kelembagaan PLS;
  3. Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat;
  4. Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS;
  5. Meningkatkan fasilitas di bidang PLS

Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja.

Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri..

Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. .

Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan.

Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam peningkatan SDM ke depan.

PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah..Semoga.

MULTIKULTURALISME DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


(Sebuah Kajian Awal)
Oleh : Muhaemin el-Ma'hady

A. Pendahuluan

Sedikitnya selama tiga dasawarsa, kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di akhir tahun 1990-an di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-Bangsa, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok. Konteks global setelah tragedi September 11 dan invasi Amerika Serikat ke Irak serta hiruk pikuk politis identitas di dalam era reformasi menambah kompleknya persoalan keragaman dan antar kelompok di Indonesia.

Sejarah menunjukkan, pemaknaan secara negatif atas keragaman telah melahirkan penderitaan panjang umat manusia. Pada saat ini, paling tidak telah terjadi 35 pertikaian besar antar etnis di dunia. Lebih dari 38 juta jiwa terusir dari tempat yang mereka diami, paling sedikit 7 juta orang terbunuh dalam konflik etnis berdarah. Pertikaian seperti ini terjadi dari Barat sampai Timur, dari Utara hingga Selatan. Dunia menyaksikan darah mengalir dari Yugoslavia, Cekoslakia, Zaire hingga Rwanda, dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Srilangka, India hingga Indonesia. Konflik panjang tersebut melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama.

Merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat "multikultural". Tetapi pada pihak lain, realitas "multikultural" tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi kembali "kebudayaan nasional Indonesia" yang dapat menjadi "integrating force" yang mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya tersebut.

Perbedaan budaya merupakan sebuah konduksi dalam hubungan interpersonal. Sebagai contoh ada yang orang yang bila diajak bicara (pendengar) dalam mengungkapkan perhatiannya cukup dengan mengangguk-anggukan kepala sambil berkata "uh. huh". Namun dalam kelompok lain untuk menyatakan persetujuan cukup dengan mengedipkan kedua matanya. Dalam beberapa budaya, individu-individu yang berstatus tinggi biasanya yang memprakarsai, sementara individu yang statusnya rendah hanya menerima saja sementra dalam budaya lain justru sebaliknya.

Beberapa psikolog menyatakan bahwa budaya menunjukkan tingkat intelegensi masyarakat. Sebagai contoh, gerakan lemah gemulai merupakan ciri utama masyarakat Bali. Oleh karena kemampuannya untuk menguasai hal itu merupakan ciri dari tingkat intelligensinya. Sementara manipulasi dan rekayasa kata dan angka menjadi penting dalam masyarakat Barat. Oleh karenanya "keahlian" yang dimiliki seseorang itu menunjukkan kepada kemampuan intelligensinya.

Paling tidak ada tiga kelompok sudut pandang yang biasa berkembang dalam menyikapi perbedaan identitas kaitannya dengan konflik yang sering muncul. Pertama, pandangan primordialis. Kelompok ini menganggap, perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku, ras (dan juga agama) merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis maupun agama. Kedua, pandangan kaum instrumentalis. Menurut mereka, suku, agama dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar, baik dalam bentuk metril maupun non-materiil. Konsepsi ini lebih banyak digunakan oleh politisi dan para elit untuk mendapatkan dukungan dari kelompok identitas. Dengan meneriakkan "Islam" misalnya, diharapkan semua orang Islam merapatkan barisan untuk mem-back up kepentingan politiknya. Oleh karena itu, dalam pandangan kaum instrumentalis, selama setiap orang mau mengalah dari prefence yang dikehendaki elit, selama itu pula benturan antar kelompok identitas dapat dihindari bahkan tidak terjadi. Ketiga, kaum konstruktivis, yang beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas, bagi kelompok ini, dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Karenanya, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka, persamaan adalah anugrah dan perbedaan adalah berkah.

Dalam konteks pendapat yang ketiga, terdapat ruang wacana tentang multikulturalisme dan pendidikan multikultural sebagai sarana membangun toleransi atas keragaman. Wacana ini mulai ramai terdengar di kalangan akademis, praktisi budaya dan aktifis di awal tahun 2000 di Indonesia.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai kajian tentang multikulturalisme dan pendidikan multikultural sebagai bahan kajian lanjutan untuk mengetahui corak, peluang dan tantangan pendidikan multikultural di Indonesia.

B. Perjalanan Multikulturalisme dan Wacana Pendidikan Multikultural

Konsep pendidikan multikultural di negara-negara yang menganut konsep demokratis seperti Amerika Serikat dan Kanada, bukan hal baru lagi. Mereka telah melaksanakannya khususnya dalam dalam upaya melenyapkan diskriminasi rasial antara orang kulit pulit dan kulit hitam, yang bertujuan memajukan dan memelihara integritas nasional.

Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa, sebagaimana dikatakan R. Stavenhagen:

Religious, linguistic, and national minoritas, as well as indigenous and tribal peoples were often subordinated, sometimes forcefully and against their will, to the interest of the state and the dominant society. While many people... had to discard their own cultures, languages, religions and traditions, and adapt to the alien norms and customs that were consolidated and reproduced through national institutions, including the educational and legal system.

Di Amerika, sebagai contohnya muncul serangkaian konsep tentang pluralitas yang berbeda-beda, mulai dari melting pot sampai multikulturalisme. Sejak Columbus menemukan benua Amerika, berbagai macam bangsa telah menempati benua itu. Penduduk yang sudah berada di sana sebelum bangsa-bangsa Eropa membentuk koloni-koloni mereka di Amerika Utara, terdiri dari berbagai macam suku yang berbeda-beda bahasa dan budayanya. Tetapi di mata bangsa Anglo-Sakson yang menyebarkan koloni di abad ke-17, tanah di Negara baru itu ada kawasan tak bertuan dan bangsa-bangsa yang ditemui di benua baru itu tak lebih dari makhluk primitif yang merupakan bagian dari alam yang mesti ditaklukkan. Dari perspektif kaum Puritan yang menjadi acuan utama sebagian besar pendatang dari Inggris tersebut, berbagai suku bangsa yang dilabel secara generik dengan nama "Indian" adalah bangsa kafir pemuja dewa yang membahayakan kehidupan komunitas berbasis agama tersebut. Di sini terlihat bagaimana pandangan berperspektif tunggal yang datang dari budaya tertentu membutakan mata terhadap kenyataan keragaman yang ada.

Amerika Serikat ketika ingin membentuk masyarakat baru-pasca kemerdekaannya (4 Juli 1776) baru disadari bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai ras dan asal negara yang berbeda. Oleh karena itu, dalam hal ini Amerika mencoba mencari terobosan baru yaitu dengan menempuh strategi menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan. Melalui pendekatan inilah, dari Sd sampai Perguruan Tinggi, Amerika Serikat berhasil membentuk bangsanya yang dalam perkembangannya melampaui masyarakt induknya yaitu Eropa. Kaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan pada suatu masyarakat, maka Amerika Serikat memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan untuk kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat.

Multikulturalisme secara etimologis marak digunakan pada tahun 1950-an di Kanada. Menurut Longer Oxford Dictionary istilah "multiculturalism" merupakan deviasi dari kata "multicultural" Kamus ini menyitir kalimat dari surat kabar Kanada, Montreal Times yang menggambarkan masyarakat Montreal sebagai masyarakat "multicultural dan multi-lingual".

Sedangkan wacana tentang pendidikan multikultural, secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefenisikan sebagai "pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan".

Hal ini sejalan dengan pendapat Paulo Freire, pendidikan bukan merupakan "menara gading" yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya, harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan prestise sosial sebagi akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya.

Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedangkan secara luas pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnic, ras, budaya, strata sosial dan agama.

Selanjutnya James Banks (1994) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan:

- Content integration

mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu.

-The Knowledge Construction Process

Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin)

-An Equity Paedagogy

Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial.

-Prejudice Reduction

Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka

- Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.

Dalam aktifitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan sasaran (obyek) dan sekaligus sebagai subyek pendidikan. Oleh sebab itu dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya secara umum peserta didik memiliki lima ciri yaitu;

1. Peserta didik dalan keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan dan sebagainya.

2. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.

3. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.

4. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individu.

Menurut Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang "interkulturalisme" seusai perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran "interkulturalisme" ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.

Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agama dan kultural domain atau mainstream. Fokus seperti ini pernah menjadi tekanan pada pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream yang dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap "peduli" dan mau mengerti (difference), atau "politics of recognition" politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.

Dalam konteks itu, pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap "indiference" dan "Non-recognition" tidak hanya berakar dari ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Paradigma seperti ini akan mendorong tumbuhnya kajian-kajian tentang 'ethnic studies" untuk kemudian menemukan tempatnya dalam kurikulum pendidikan sejak dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Tujuan inti dari pembahasan tentang subjek ini adalah untuk mencapai pemberdayaan (empowerment) bagi kelompok-kelompok minoritas dan disadventaged.

Istilah "pendidikan multikultural" dapat digunakan baik pada tingkat deskriftif dan normatif, yang menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks deskriftif ini, maka kurikulum pendidikan multikultural mestilah mencakup subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang perbedaan ethno-kultural dan agama: bahaya diskriminasi: penyelesaian konflik dan mediasi: HAM; demokratis dan pluralitas; kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang relevan.

Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, dikenal lima pendekatan, yaitu: pertama, pendidikan mengenai perbedaan-perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme. Kedua, pendidikan mengenai perbedaan-perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan. Ketiga, pendidikan bagi pluralisme kebudayaan. Keempat pendidikan dwi-budaya. Kelima, pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia.

C. Wacana Multikulturalisme dan Pendidikan multikultural di Indonesia

Di Indonesia, pendidikan multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang baru dilakukan. Pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu dilaksanakan dengan tidak berhati-hati justru akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan nasional.

Menurut Azyumardi Azra, pada level nasional, berakhirnya sentralisme kekuasan yang pada masa orde baru memaksakan "monokulturalisme" yang nyaris seragam, memunculkan reaksi balik, yang bukan tidak mengandung implikasi-implikasi negatif bagi rekonstruksi kebudayaan Indonesia yang multikultural. Berbarengan dengan proses otonomisasi dan dan desentralisasi kekuasaan pemerintahan, terjadi peningkatan gejala "provinsialisme" yang hampir tumpang tindih dengan "etnisitas". Kecenderungan ini, jika tidak terkendali akan dapat menimbulkan tidak hanya disintegrasi sosio-kultural yang amat parah, tetapi juga disintegrasi politik.

Model pendidikan di Indonesia maupun di negara-negara lain menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang dipakai untuk mencapainya. Sejumlah kritikus melihat bahwa revisi kurikulum sekolah yang dilakukan dalam program pendidikan multikultural di Inggris dan beberapa tempat di Australia dan Kanada, terbatas pada keragaman budaya yang ada, jadi terbatas pada dimensi kognitif.

Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan model pendidikan multikultural yang mencakup revisi atau materi pembelajaran, termasuk revisi buku-buku teks. Terlepas dari kritik atas penerapnnya di beberapa tempat, revisi pembelajaran seperti di Amerika Serikat merupakan strategi yang dianggap paling penting dalam reformasi pendidikan dan kurikulum. Penulisan kembali sejarah Amerika dari perspektif yang lebih beragam meruapakan suatu agenda pendidikan yang diperjuangkan intelektual, aktivis dan praktisi pendidikan. Di Jepang aktivis kemanusiaan melakukan advokasi serius untuk merevisi buku sejarah, terutama yang menyangkut peran Jerpang pada perang dunia II di Asia. Walaupun belum diterima, usaha ini sudah mulai membuka mata sebagian masyarakat akan pentingnya perspektif baru tentang perang, agar tragedi kemanusiaan tidak terulang kembali. Sedangkan di Indonesia masih diperlukan usaha yang panjang dalam merevisi buku-buku teks agar mengakomodasi kontribusi dan partisipasi yang lebih inklusif bagi warga dari berbagai latarbelakang dalam pembentukan Indonesia. Indonesia juga memerlukan pula materi pembelajaran yang bisa mengatasi "dendam sejarah" di berbagai wilayah.

Model lainnya adalah pendidikan multikultural tidak sekedar merevisi materi pembelajaran tetapi melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran itu sendiri. Affirmative action dalam seleksi siswa sampai rekrutmen pengajar di Amerika adalah salah satu strategi untuk membuat perbaikan ketimpangan struktural terhadap kelompok minoritas. Contoh yang lain adalah model "sekolah pembauran" Iskandar Muda di Medan yang memfasilitasi interaksi siswa dari berbagai latar belakang budaya dan menyusun program anak asuh lintas kelompok. Di Amerika Serikat bersamaan dengan amsuknya wacana multikulturalisme, dilakukan berbagai lokakarya di sekolah-sekolah maupun di masyarakt luas untuk meningkatkan kepekaan sosial, toleransi dan mengurangi prasangka antar kelompok.

Untuk mewujudkan model-model tersebut, pendidikan multikultural di Indonesia perlu memakai kombinasi model yang ada, agar seperti yang diajukan Gorski, pendidikan multikultural dapat mencakup tiga hal jenis transformasi, yakni: (1) transformasi diri; (2) transformasi sekolah dan proses belajar mengajar, dan (3) transformasi masyarakat.

Menyusun pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat yang penuh permasalahan anatar kelompok mengandung tantangan yang tidak ringan. Pendidikan multikultural tidak berarti sebatas "merayakan keragaman" belaka. Apalagi jika tatanan masyarakat yang ada masih penuh diskriminasi dan bersifat rasis. Dapat pula dipertanyakan apakah mungkin meminta siswa yang dalam kehidupan sehari-hari mengalami diskriminasi atau penindasan karena warna kulitnya atau perbedaannya dari budaya yang dominan tersebut? Dalam kondisi demikian pendidikan multikultural lebih tepat diarahkan sebagai advokasi untuk menciptakan masyarakat yang toleran dan bebas toleransi.

Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural, yaitu:

Pertama, tidak lagi terbatas pada menyamakan pandangan pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) atan pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab primer menegmbangkan kompetensi kebudayaan di kalangan anak didik semata-mata berada di tangan mereka dan justru semakin banyak pihak yang bertanggung jawab karena program-program sekolah seharusnya terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah.

Kedua, menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan kebudayaan dengan kelompok etnik adalah sama. Artinya, tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata dengan kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. secra tradisional, para pendidik mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient, ketimbang dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk melenyapkan kecenderungan memandang anak didik secara stereotip menurut identitas etnik mereka dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak didik dari berbagai kelompok etnik.

Ketiga, karena pengembangan kompetensi dalam suatu "kebudayaan baru" biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa uapaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidarits kelompok adalah menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.

Keempat, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi ditentukan oleh situasi.

Kelima, kemungkinan bahwa pendidikan bahwa pendidikan (baik dalam maupun luar sekolah) meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikhotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengalaman normal manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri anak didik.

Dalam konteks keindonesiaan dan kebhinekaan, kelima pendekatan tersebut haruslah diselaraskan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Masyarakat adalah kumpulan manusia atau individu-individu yang terjewantahkan dalam kelompok sosial dengan suatu tantangan budaya atau tradisi tertentu. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Zakiah Darajat yang menyatakan, bahwa masyarakat secara sederhana diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kubudayaan dan agama.

Jadi dapat dipahami inti masyarakat adalah kumpulan besar individu yang hidup dan bekerja sama dalam masa relatif lama, sehingga individu-individu dapat memenuhi kebutuhan mereka dan menyerap watak sosial. Kondisi itu selanjutnya membuat sebagian mereka menjadi komunitas terorganisir yang berpikir tentang dirinya dan membedakan ekstensinya dari ekstensi komunitas. Dari sisi lain, apabila kehidupan di dalam masyarakat berarti interaksi antara individu dan lingkungan sosialnya. Maka yang menjadikan pembentukan individu tersebut adalah pendidikan atau dengan istilah lain masyarakat pendidik.

Oleh karena itu, dalam melakukan kajian dasar kependidikan terhadap masyarakat. Secara garis besar dasar-dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Masyarakat tidak ada dengan sendirinya. Masyarakat adalah ekstensi yang hidup, dinamis, dan selalu berkembang.

2) Masyarakat bergantung pada upaya setiap individu untuk memenuhi kebutuhan melalui hubungan dengan individu lain yang berupaya memenuhi kebutuhan.

3) Individu-individu, di dalam berinteraksi dan berupaya bersama guna memenuhi kebutuhan, melakukan penataan terhadap upaya tersebut dengan jalan apa yang disebut tantangan sosial.

4) Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah laku antara individu dan komunitas yang membentuk masyarakat.

5) Pertumbuhan individu di dalam komunitas, keterikatan dengannya, dan perkembangannya di dalam bingkai yang memnuntunya untuk bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.

Bila penjelasan di atas ditarik di dalam dunia pendidikan, maka masyarakat sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik. Sebab keberadaan masyarakat merupakan laboratorium dan sumber makro yang penuh alternatif untuk memperkaya pelaksanaan proses pendidikan.

Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab moral terhadap terlaksananya proses pendidikan. Hal ini disebabkan adanya hubungan timbal balik antara masyarakat dan pendidikan. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam dunia pendidikan merupakan satu hal penting untuk kemajuan pendidikan.

Penutup

Pendidikan multikultural adalah suatu penedekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan dan praktik-praktik diskriminatif dalam proses pendidikan.

Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial dan persamaan hak dalam pendidikan. Sedangkan dalam doktrin Islam sebenarnya tidak membeda-bedakan etnik, ras dan lain sebagainya dalam pendidikan. Manusia semuanya adalah sama, yang membedakannya adalah ketakwaan mereka kepada Allah Swt. Dalam Islam, pendidikan multikultural mencerminkan bagaimana tingginya penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam bidang ilmu.

Pendidikan multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar mengajar yang mengubah perspektif monokultural yang esensial, penuh prasangka dan diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap terbuka. Perubahan paradigma semacam ini menuntut transformasi yang tidak terbatas pada dimensi kognitif belaka.

Dunia pendidikan tidak boleh terasing dari perbincangan realitas multikultural tersebut. Bila tidak disadari, jangan-jangan dunia pendidikan turut mempunyai andil dalam menciptakan ketegangan-ketegangan sosial. Oleh karena itu, di tengah gegap gempita lagu nyaring "tentang kurikulum berbasis kompetensi", harus menyelinap dalam rasionalitas kita bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan "ini" dan "itu", tetapi juga mendidik anak kita menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban. Dengan demikian, tidak saatnya lagi pendidikan mengabaikan realitas kebudayaan yang beragam tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwar, Said Aqil Husin, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur'ani dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2003, Cet. I

Amir, Muhammad, Konsep Masyarakat Islam, Jakarta, Fikanati, Aneska, 1992.

Analisis CSIS, tahun XXX/2001, No. 3

DEPAG RI dan IRD, Majalah: Inovasi Kurikulum: Kurikulum Berbasis Multikulturalism, Edisi IV, Tahun 2003

Dewey, John, Democracy and Education, New York: The Mac Millan Company, 1964

Hery Noer Aly dkk, Watak Pendidikan Islam, Jakarta, Friska Agan Insani, 2000

Freire, Paulo, Pendidikan pembebasan, Jakarta, LP3S, 2000

IKA UIN Syarif Hidayatullah, Majalah: Tsaqafah: Mengagas Pendidikan Multikultural , Vol. I No:2, 2003

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2001, cet I

Nita E. Woolfolk, educational Psychology: Seventh Edition, The Ohio State Universiy, 1998

Paul Gorski, Six Critical Paradigm Shiifd For Multicultural Education and The Question We Should Be Asking, dalam www. Edchange.org/multicultural

Republika, tanggal 03 September 2003.

Soedijarto, Pendidikan Nasional sebagai Wahana mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Membangun Peradaban Negara-Bangsa, Jakarta, CINAPS, 2000, cet. I

Stavenhagen, Rudolfo, "Education for a Multikultural world", in Jasque Delors (et all), Learning: the treasure within, Paris, UNESCO, 1996

Tilaar, H. A. R, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2002

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa-siswi untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sangat cepat perubahannya. Salah satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu.

Kemampuan berbicara dalam bahasa asing, kemahiran komputer dan Internet, dan kemampuan menggunakan program-program seperti Microsoft merupakan tiga kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia).

Kelas Pelajaran IT

Mengingat hanya sekitar 30% dari lulusan SMA di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi formal, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita. Pembelajaran teknologi adalah sangat penting dan semua sekolah adalah wajib untuk mengajar Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)

Kami sangat mendukung perkembangan teknologi di bidang pendidikan, tetapi kami wajib untuk menjaga supaya teknologi dan aplikasinya adalah sesuai dengan kebutuhan.

Misalnya, Meningkatkan Peran dan Mutu Perpustakaan Sekolah.

Perpustakaan Sekolah dan Lingkungan
Apakah Teknologi Adalah Solusi Perpustakaan?

Kita perlu manajemen di sekolah yang baik supaya kita dapat menggunakan teknologi sebaik mungkin, misalnya laptop di sekolah.


Teknologi dapat digunakan, tetapi hanya akan betul bermanfaat setelah hal-hal (misalnya manajemen) sudah diatasi.

Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan (master plan) terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga diankat sebagai solusi umum.

Padahal ada isu-isu yang penting dan perlu dihadapi duluan misalnya: "Sekolah tak Bisa Tangkal Situs Porno" yang akan perlu SDM di tingkat sekolah yang sangat bermutu dan rajin.

Memang kita wajib untuk mencari solusi yang kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan kegagalan negara lain.

Kita Sangat Perlu Penelitian

Warnet

Apakah, karena makin banyak siswa-siswi sekarang main Internet di warnet daripada menggunakan waktunya di rumah untuk mengulang pelajaran dari sekolah dan mengerjakan PRnya ini sebagai salah satu sebabnya hasil dari Ujian Nasional (UN) kelihatannya menjadi lebih buruk?
Kita perlu tahu!


Teknologi pendidikan, misalnya; Whiteboard-Elektronik, OHP, Video, Televisi, e-Learning, Internet, dll, selalu mutu akhirnya 100% tergantung mutu content dan proses pengajaran. Teknologi sendiri hanya sebagai medium. Kalau teknologi berhasil atau gagal tergantung content dan proses pengajaran, bukan teknologinya.

Kelihatannya teknologi seperti laptop murah belum dapat diimpor sesuai dengan harga yang disebutkan, misalnya:

$150 Linux Mini-PC dari Cina

$150 Linux Mini-PC dari Cina
Perusahaan Cina menawarkan komputer mini yang murah dan Berbasis-Linux sebagai cara untuk menutupi "digital divide" (jarak antara yang dapat akses teknologi dan yang belum). YellowSheepRiver membuat $150 "Municator" yang kelihatannya sudah siap dan dapat dipesan sekarang dengan "leadtime" 3 bulan, dan kelihatannya akan sampai di pasar sebelum MIT $100 komputer "One Laptop Per Child" (OLPC)".

Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM memang adalah solusi utama untuk menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan.

Bagaimana kita (masyarakat dan industri) dapat bekerjasama untuk meningkatkan fasilitas teknologi untuk anak-anak sekolah? Bagaimana mencapaikan "Satu Anak Satu Laptop?"

Ayo Pak MenDikNas, Mari kita berjuang bersama untuk meningkatkan semua aspek pendidikan supaya menjaminkan pendidikan yang bermutu untuk semua...

Anggaran Pendidikan 20% - Bersih Tanpa Korupsi dan MarkUp ... Mohon perhatian isu-isu di lapangan!

"Bambang Sudibyo menambahkan, adanya fasilitas ICT akan mampu memperbaiki akses pendidikan yang bermutu, yang selama ini sulit diakses oleh mereka yang bermukim di kawasan terpencil." (ANTARA News).

Salam Pendidikan!

KEPEMIMPINAN ABAD 21 (2)

MEMIMPIN DAN MENGATUR PERUBAHAN

Pemimpin yang kuat mengetahui bahwa perubahan dalam bisnis dan dunia pada umumnya tidak dapat dihindari dan mereka tahu itu! Mereka mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan, merencanakan untuk itu, dan mengatur sesuai perkembangan. Mereka menghendaki dan mendorong iklim yang kondusif untuk inovasi di semua peluang bisnis. Mereka merupakan agen pegubah. Mereka menyatakan bahwa budaya positif G force tergantung perubahan segera yang penting:

1. Mengembangkan kompensasi performen. Pemimpin yang kuat meyakini bahwa pemberian penghargaan untuk senioritas, lama kerja, latar belakang ras dan budaya, pendidikan formal, dan ikatan alumni menghilangkan martabat dan menciptakan individualistik.
2. Pemimpin ini mempercayai keberuntungan mereka. Mereka mencintai hidupnya,Kepercayaan penting untuk mendapatkan hal-hal yang dikerjakan dan mempunyai banyak kelucuan dan tahu dua hal yang penting. Mereka berbagi hidup, cinta, dan tawa dengan tim mereka.
3. Tidak menjadi sombong dengan orang-orang kecil. Pemimpin tidak menjadi sombong dengan pekerja kecil. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang organisasi butuhkan. Mereka membutuhkan dukungan dan partisipasi penuh dari anggota tim
4. Membangun kekuatan. Ketika pemimpin yang kuat menyatakan bahwa mereka menyukai semua orang, mempunyai kelemahan, tujuan utama adalah kekuatan. Saya tahu itu adalah kekuatan, bukan kelemahan, yang akan membuat organisasi thrive.
5. Mengingat harapan adalah semuanya. Pemimpin memerintah orang-orang, tetapi tidak pernah mengharapkan banyak dari beberapa orang daripada orang yang . Mereka selalu mengharap lebih banyak dari diri masing-masing orang tersebut dan mereka dapat menyelesaikan. Itu kunci mereka untuk membangun kepercayaan diri masing-masing individu dan membantu mereka menetapkan perasaan pencapaian dan kekuatan secara optimum. Mereka tahu bahwa harapan adalah kunci semua kebahagiaan.
6. Selalu berorientasi tujuan. Sejak garis lurus adalah jarak terpendek antara dua poin, pemimpin tahu mereka harus mempunyai banyak poin untuk masa depan atau mereka akan melalaikan tujuan mereka.
7. Belajar kepemimpinan. Pemimpin pada kenyataannya memimpin seperti yang mereka inginkan. Gaya mereka lebih bergairah. Mereka berjalan di depan. Seperti kompas, mereka memberikan perintah, petunjuk dan arahan.
8. Membantu perkembangan arti. Pemimpin tahu orang-orang dapat hidup dengan baik dan jika mereka menyadari nyata, jika mereka dapat mengalami kegagalan, harapan, dan cinta. Dua kontribusi terbesar untuk merasakan arti adalah harapan yang kuat dan menyadari kekuatan.
9. Mempercayai intuisi. Pemimpin yang kuat menggunakan kebebasan subyektif ketika mereka memahami semua informasi yang obyektif yang dapat membuat mereka memutukan dengan benar dan tepat. Mereka tahu bahwa berpikir logis adalah komponen penting intuisi, dan intuisi tersebut adalah memang untuk membuat keputusan spontan, mengambil resiko dan gembling.

Setiap orang tahu bahwa dipekerjaannya ia mengerjakan yang terbaik dan tersempurna ketika ia telah mengetahui yang tidak dapat untuk bekerja dengan intuisi. Itu adalah hal-hal yang digunakan untuk mengetahui dengan baik (hasil belajar dan disiplin, logika) yang kita tidak tahu bagaimana kita mengetahuinya. Selanjutnya kita hidup yang terbaik dan mengerjakan semuanya yang terbaik ketika kita tidak mempertentangkan bagaimana dan mengapa kita mengerjakan itu semua. Elbert Einstein.

? MANIFESTO NILAI-NILAI BAGI TOUGHT-MINDED LEADERS

Ada beberapa hal yang pemimpin percaya dan praktekkan setiap hari dalam hidupnya.
1. Keterbukaan dan memahami emosi. Pemimpin memimpin orang lain didalam dan diluar diri mereka sendiri. Mereka percaya tidak adanya pembelaan diri adalah indikasi kekuatan dan kematangan manajemen.
2. Kehangatan. Pemimpin memberikan kepada orang-orang; mereka tidak mudah kembali dan menunggu. Mereka menuntut pengertian dan perhatian. Suara mereka, adanya suasana santai dan anggapan positif.
3. Konsisten. Pemimpin mempunyai komitmen, menggunakan kata-kata mereka, dan dapat direalisasikan. Mereka mengharapkan sama dengan yang lain.
4. Persatuan. Pemimpin mempunyai sebuah fokus kesamaan tujuan, usaha dan arah.
5. Pengertian. Pemimpin ingin orang lain tumbuh dan untung. Mereka percaya cinta adalah emosi yang kuat di dunia.
6. Mendengarkan yang positif. Pemimpin adalah pendengar positif. Mereka menggunakan pengertian yang terbuka dan fleksibel. Sejak mereka menunjukkan kreatifitas dalam organisasi, mereka mendengarkan dengan positif ide-ide yang dipresentasikan, mencoba untuk mencari jalan yang akan bekerja. Mereka mendengar.
7. Ketidakpuasan. Pemimpin marah untuk kemajuan, pertumbuhan, dan jalan yang lebih baik. Mereka mempunyai komitmen tertentu untuk mencapai yang terbaik.
8. Fleksibel. Pemimpin menghilangkan kekakuan dalam segala bentuk. Mereka tahu kekuatan dan kelemahan selalu ada. Pikiran mereka adalah ulet dan fleksibel.
9. Memberi. Pemimpin percaya bahwa banyak orang memberikan untuk hidup dan pekerjaannya. Juga banyak memberi kesenangan yang nyata. Mereka selalu memberi dengan tak terduga.
10. Keterlibatan. Pemimpin membutuhkan keterlibatan orang-orang mereka untuk mewujudkan tujuan dan rencana, tidak hanya karena mereka ingin menggunakan semua sumber daya organisasi, tetapi juga karena mereka tahu bahwa orang-orang akan lebih banyak komitmen untuk menemukan obyek jika mereka mempunyai peranan.
11. Toleransi dengan kesalahan. Pemimpin mempunyai batasan untuk orang-orang yang membuat kesalahan. Mereka selalu memperbaikinya! Mereka menyatakan orang-orang belajar dengan melakukan dan jika dalam mengerjakannya mereka akan membuat kesalahan. Dengan menyatakan hal tersebut, mereka juga mendelegasikan dengan lebih baik.
12. Nilai. Pemimpin menganggap nilai harus instrumen yang teliti yang mengilhami, menyatukan, dan mennyeluruh . Mereka percaya bahwa tidak semua pemimpin mempunyai nilai: mereka yang ingin maju.
13. Psikologi yang kuat. Pemimpin Fokus mereka selalu pada orang-orang
14. Pemimpin selalu dengamn konstan membuat . Mereka mengetahui solusi yang komplek . Mereka mempunyai kemampuan mengatasi dengan komplek, dan dengan tidak terburu-buru.
15. Waktu. Pemimpin menghargai waktu mereka dan itu menjadi kunci dimana itu akan menghasilkan keuntungan terbesar. Sejak banyak tujuan yang harus dicapai, mereka konsentrasi waktu mereka dan energi untuk melakukan sesuatu pada saat itu dan mengerjakan yang terpenting. Mereka mengatur prioritas dan menentukan jika itu hal yang nomor dua tidak dapat dikerjakan semuanya.
16. Formula kemenangan. Pelayanan dengan integritas dan pelayanan penuh mengatakan semuanya. Pemimpin membuat pelanggan puas dengan kualitas, hasil, orang-orang dan ide-ide.
17. Perasaan terbuka. Keterbukaan dapat hidup. Ketertutupan dapat mati. Dimana keterbukaan itu akan menjadi suatu
18. Membangun orang-orang. Pemimpin percaya dan menghidupkan konsep bahwa membangun orang-orang, seperti memperluas, membayar kebutuhan bisnis dan individu. Mereka tahu itu alpha dan omega organisaso besar masa depan.
19. Disiplin diri. Pemimpin mempraktekkan disiplin diri disetiap dimensi hidupnya.
20. Kesehatan fisik. Pemimpin menyatakan menciptakan kesehatan fisik yang maksimal adalah hal penting untuk kesehatan mental. Banyak kesehatan tidak hanya dari diri sendiri tetapi anggota tim dan keluarga.
21. Hidup bahagia. Pemimpin hidup bahagia- dan orang-orang tahu itu!
22. Cara pandang yang luas. Para pemimpin tertarik dan kegiatan2 yang mungkin menjanglau lebih luas. Ukuran keluasan sebenarnya
23. Memahami diri dan orang lain. Pemimpin percaya kiata adalah kekuatan dan itu tidak hanya sesuatu yang nyata untuk mencari dan mempercayai diri kita dan orang lain. Asumsi mereka itu adalah kekuatan positif yang masih kita lihat.
24. Visi. Visi merupakan kekuatan dasar, kehidupan, dan kekuatan untuk kemajuan organisasi di masa depan. Orang-orang positif akan dengan semangat merespon impian positif pemimpin.
25. Pikiran positif. Pemimpin mempercayai hal-hal negatif tidak pernah baik. Mereka tahu bahwa ada elemen lebih dan kurang di segala situasi tetapi kekurangan dapat menjadi kelebihan.
26. Kemauan untuk belajar. Para pemimimpin mengusahakan sebuah keingintahuan untuk dimensi baru pengetahuan dan menahan usaha2 untuk mendasarkan rencana pada pengetahuan yang lalu dan sekarang saja. Mereka tidak bingung akal atau kecerdasan dengan kebijaksanaan dan mereka berjuang terus menerus untuk kebijaksanaan yang lebih besar. Mereka orang yang belajar sepanjang hidupnya. Mereka mengusahakan sebuah perasaan sukses yang terus menerus.
27. Senang dalam bekerja. Pemimpin tahu bahwa hidup tanpa kerja adalah, kerja keras positif adalah satu dari agen kebesaran hidup. Mereka merasa .
28. Mempercaya orang lain. Pemimpin jalan hidup dan mencari untuk memperkaya hidup orang lain dengan kekayaan mereka sendiri.
29. Integritas. Pemimpin hidup dengan integritas. Mereka tahu bahwa pemimpin dengan integritas adalah realistik dan
30. Hasil bukan kegiatan. Pemimpin mengutamakan hasil daripada aktivitas. Mereka mengukur performansi anggota dari hasil dan kontribusinya untuk organisasi. Mereka percaya bahwa orang-orang berperanan untuk alasan – membuat kontribusi yang signifikan dengan tujuan dan pertumbuhan organisasi. Mereka meyakini suatu kewajiban adalah mengerjakan pekerjaan atau keluar dari itu.
31. Keterusterangan. Pemimpin mempraktekkan kebenaran dan perasaan bersahabat kepada orang-orang di sekitar mereka. Mereka mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Mereka mempraktekkan kehangatan positif dalam proses.
32. Manajemen dengan keteladanan. Pemimpin tahu bahwa tingkah laku pemimpin diikuti, dan tidak ada batas ubtuk prestasi potensial jika pemimpin merencanakan untuk mencari kekuatan dan harapan terbaik.
33. Dasar yang jelas. Pemimpin meyakinkan bahwa dasar dan tujuan organisasi adalah penelitian, pengembangan dan komunikasi yang jelas. Mereka percaya dasar harus meliputi dan memenuhi segala hal dalam organisasi dan membentuk landasan kebudayaan.
34. Akuntabilitas. Pemimpin yakin bahwa orang-orang lebih efisien dan senang ketika mereka memahami dengan jelas hasil yang diharapkan dari mereka dan ketika mereka dilibatkan dalam menilai hasilnya.
35. Maksud dan arahan. Pemimpin adalah pengarah. Mereka memahami bahwa semua anggota akan memberikan dan berperan lebih banyak jika mereka dibantu untuk membangun tujuan, arahan, dan harapan. Mereka memberikan arahan bukan banyak arahan. Mereka menjelaskan apa yang mereka inginkan tetapi melupakan bagaimana meningkatkan anggota mereka.
36. Harapan yang baik. Pemimpin tahu bahwa pencarian hadiah yang dapat kamu berikan ke orang lain adalah harapan yang kuat sebagai dasar pencarian yang tak pernah berakhir untuk kekuatan orang.
37. pusat seperti sinar laser.
Visi + Fokus + Aksi = masa depan G forces

KEPEMIMPINAN ABAD 21 (1)

Terjemahan Batten, 1989, Joe D., Tough Minded Leadership, New york: American Management Association, pp. 122-132

BAB 13
KEPEMIMPINAN DI ABAD 21

Bagaimana kita dapat mempertahankan aspirasi kita dan pada saat
Yang sama membangun kekuatan dan semangat untuk menghadapi
Kenyataan dimana tidak ada kemenangan yang mudah?
Satu cara adalah pengakuan yang kuat bahwa
memperjuangkan dunia menjadi lebih baik adalah sesuatu yang panjang.
JOHN GARDNER
KEMENANGAN-KEMENANGAN YANG TIDAK MUDAH

Dari kanan dan kiri kita mendengar tangisan kemurungan dan malapetaka tentang masa depan perusahaan-perusahaan amerika. Seni perbaikan cepat dan solusi satu menit berlimpah-limpah. Percobaan-percobaan untuk mengerti dan menandingi si jenius jepang yang produktif berkembang biak seperti kelinci-kelinci. Teori X, Y dan Z, dan lain-lain mengalir. Seringkali gambaran memperlihatkan banyak perusahaan terkenal sebagai raksasa-raksasa penghadang. Yang terbesar adalah pemimpin dengan visi , keberanian, integritas, keuletan, energi dan wawasan dalam berbagai kemungkinan yang menggairahkan dan kemungkinan revolusioner di masa depan. Satu diantara kebutuhan yag paling besar bagi pemimpin sekarang ini adalah kebutuhan untuk mengantisipasi perubahan dan mempersiapkan diri untuk masa depan.
Pemimpin-pemimpin managemen generasi yang akan datang tidak oleh orang yang memiliki gelar master atau lulusan satu atau dua kesarjanaan. Mereka bukan ahli keuangan, sales yang hebat, atau ahli analisis. Mereka adalah orang yang bisa mempengaruhi orang lain, yang dapat bekerja sama dengan banyak individu yang mempunyai bermacam-macam sifat dan pengalaman dan mampu menjadikan suatu kelompok yang bersatu dengan tujuan yang sama.

? INTEGRITAS YANG MENYELURUH

Kualitas pikiran kita hanya akan sebagus kualitas atau integritas kepercayaan dan nilai-nilai kita. Tentu saja nilai total yang kita sempurnakan adalah sejumlah nilai yang kita dengar.
Apakah kita meletakkan etika dan gengsi begitu sering, seperti dorongan yang tidak pernah berakhir untuk kesenangan yang lebih besar, lebih banyak waktu luang dan lebih banyak uang? Apakah masyarakat bisnis membantu integritas negara atau berbalik memasuki kelesuan? Tanpa petunjuk-petunjuk positif dan gubernur-gubernur yang terjatuh karena integritas personal, mampukah kita menemukan diri kita sendiri dalam lingkungan pusat ketamakan diri? Sudahkah kita diturunkan ke bawah oleh sifat ketamakan dalam skandal yang besar (untuk contoh, kejahatan insider trading Wall Street pada tahun 1987)?
Adakah dalam kenyataaannya integritas dalam transaksi bisnis yang tidak disertai atau diikuti oleh pelayanan yang sangat bagus? Ketamakan dan kebaikan dari pelayanan sederhana tidak berhubungan. Pemimpin yang kuat mengambil langkah untuk meyakinkan bahwa organisasi di pandu oleh kriteria etika sebersih kristal dalam semua area dan tingkatan. Berikut adalah saran – saran Saya (penulis):

1. Saya akan hidup dengan alasan bahwa untuk kelangsungan bisnis saya dan menjadi eksekutif yang baik, saya harus membuat produk dengan kualitas terbaik mungkin dengan biaya yang minim, memasarkannya secara kompetitif, dan memperoleh keuntungan optimum yang sah.
2. Saya akan mengakui bahwa sumber daya terbesar dalam bisnis saya adalah anggota tim dan kawan-kawan saya.
3. Saya akan menolak mengambil keuntungan pada suatu situasi yang bisa merugikan reputasi perusahaanku.
4. Saya akan menolak mengambil keuntungan dari suatu kesempatan bisnis jika akan melanggar moral, budaya dan peraturan hukum yang saya percaya menjadi dasar kehidupan sosial.
5. Saya akan selalu mencari jawaban yang positif, konstruktif, dan membangun untuk mengatasi problem anggota tim saya. Saya akan menunjukkan kepercayaan diri saat krisis.
6. Saya akan berusaha mengembangkan kejujuran untuk menegakkan hukum; tujuan saya lebih penting daripada peraturan.
7. Saya akan mempraktekkan –batasan peraturan- membangun keterusterangan, pengertian dan membantu dengan sepenuhnya pada semua yang bertanya.
8. Saya akan mendiskusikan masalah-masalah dengan jujur dan perhitungan, menyelesaikannya dan mengatasinya untuk menjadi pengetahuan dan kemampuan terbaik. Saya akan bertanya dan mendengarkan.
9. Saya akan manunjukkan bahwa persaingan dan kerjasama membangun negara kita dan saya harus membantu untuk selalu eksis hingga masa yang akan datang.
10. Saya akan percaya bahwa 10 peraturan hukum akan menjadi petunjuk hukum dan inspirasi saya.

Pemimpin yang kuat terlihat dalam segala perspektif. Mereka tahu bahwa harga utama harus bagaimana dibayar. Mereka tahu bahwa kepalsuan berakhir hingga seseorang membangun hidupnya dalam perputaran sistem nilai yang berani, berhati-hati, berbagi, ia akan dengan mudah menuju kepalsuan dan kehilangan keberadaan.
Kenyataannya pria atau wanita yang ingin memimpin dibantu dengan prinsip-pronsip di bawah ini:
Banyak melayani
Banyak mengerti
Banyak keberanian
Banyak berbagi
Banyak wawasan
Banyak harapan
Banyak memberi
Banyak hidup
Banyak cinta
Banyak tumbuh
Banyak memperkuat dan memperbaharui
Banyak mencoba
Mencari peluang dan kesempatan
Mempunyai perasaan senang
Mempunyai program fisik, mental, psikis yang spesifik
Mencatat penilaian orang lain sebagai dasar kelemahan mereka – untuk mengevaluasi disamping potensi kekuatan dan peluang mereka.

Kebenaran dan etika dapat menjadi kekuatan ketika mereka memusatkan dan mencoba dengan efektif. Banyak pikiran kebahagiaan untuk pemimpin:
• Berpikit apa yang seseorang dapat kerjakan, dan seharusnya dikerjakan, lebih baik daripada keburukan yang dapat dikerjakan atau mungkin dikerjakan
• Jarang atau tidak ada perencanaan dapat mengacaukan
• Menjauhi godaan dengan cermat untuk membangun dengan cepat. Membuat keterusterangan dan keterbukaan dihargai.
• Menyatakan bahwa kamu mempunyai kepercayaan diri dan siap setiap waktu bertemu atasan.
• Mengingat bahwa kehangatan dan keluwesan yang nyata tidak dapat ditunjukkan selama kamu tidak dapat menguasai diri sendiri
• Memberi kebebasan. Belajar untuk menghargai hak.
• Jangan buta dengan orang lain tetapi harus tahu siapa yang telah membantu kamu.
• Mencoba untuk membangun citra diri dengan tindakan yang positif. Jika kamu telah mencoba untuk mengesankan orang-orang dengan merendahkan nilai, tunggu!
• Mempunyai kemauan untuk mengubah yang dapat diubah, ketenangan menghadapi yang tidak dapat, dan kesabaran untuk mengetahui perbedaan
• Menjadi berempati dengan orang lain.

Bagaimana pemimpin dapat mencapai integritas? Menemukan keefektifan, disiplin diri, dan kamu akan seperti menemukan seseorang yang:
• Menemukan komitmen dan memberikan loyalitas
• Menepati jadwal
• Sehat fisik, mental dan spiritual
• Mengerti dan merasa baik dirinya
• Individu yang kuat (integritas sama dengan kuat)
• Bekerja dengan hasil, tidak aktivitas
• Menjaga kebenaran dengan cermat
• Memperbaiki kelemahan diri dan mengoptimalkan kekuatan diri
• Mengetahui kreatifitas yang baik tidak mungkin tanpa kerja keras dan usaha berkesinambungan
• Meningkatkan kesehatan dan stamina
• Dapat mengidentifikasi dan mengatasi hal-hal yang sepele
• Mempunyai hubungan pribadi yang bahagia
• Selalu berempati
• Menghindari pengaruh politik
• Memupuk persahabatan, memberikan contoh dan membangun hubungan kerja yang komunikatif
• Tidak mengendorkan toleransi dengan yang lain
• Mendiskusikan kesulitan dengan segera
• Menemukan pusat masalah dan menyelesaikannya
• Tidak toleransian dengan hilangnya integritas

Integritas tidak hanya kata yang indah. Itu penting, hasil dan substansi dari semua yang bermanfaat.

? MENJADI ORANG BESAR

Pemimpin hari ini dan yang akan datang harus seseorang yang besar. Hal itu bukan berarti berat secara fisik. Saya mengartikan pemimpinan yang mempunyai tujuan, visi, impian, komitmen dan dedikasi yang luas. “Apa pekerjaan saya” enam belas CEO membicarakan tentang karir dan komitmen mereka, Thomas R. Horton bersama Richard A. Zimmerman, ketua dan CEO Harshey Foods:

Diantara CEO yang saya tahuKebanyakan orang-orang yang sukses mempunyai pandangan yang sangat positif. Setiap CEO telah menjadi cheerleader. Pada saat itu kamu akan merasa bahwa kamu dapat menunjukkan sebuah seri skenario kemalangan untuk perusahaanmu, dan dengan segera kamu ada di posisi terbesar untuk mengerjakan itu; kamu masih menjadi cheerleader pada sebagian waktumu…….Ya, kita tahu itu akan dipikirkan, tetapi cepat dapatkan itu! Kamu selalu membutuhkan perhatian seseorang yang mempunyai banyak atribut yang saya lihat di sebagian besar CEO.

Dan yang lain,

Penting sealu mempunyai visi yang akan dituju dan CEO terbaik selalu mempunyai visi.

Marisa Bellisario, CEO Persatuan Telekomunikasi Italiana, percaya:

Selalu banyak jalan yang saya ambil………….setiap sayamelakukan pekerjaan, saya tidak pernah berpikir saya tidak dapat melakukan itu?

Pemimpin yang kuat merasa, menunjukkan dan mengekspresikan kepercayaan diri! Mereka senang dengan berbagi kekuatan, autoritas dan kepercayaan.
Portia Isaacson, Intellisis CEO, mengatakan:

Saya yakin bahwa bagi banyak orang tindakan saya pada permulaaan intellisys adalah aneh….. Saya kelihatan dapat benar-benar gagal, namun saya kira saya tak peduli. Saya tidak memikirkan semua itu. Ttidak berakibat padaku bahwa kami bisa gagal.

Eksekutif yang kuat seharusnya membutuhkan pengertian yang dalam tentang “berpikir positif”. Hal ini berarti lebih dari sekedar mengerti untaian kata-kata. Pemimpin2 harus mempertimbangkan implikasi-implikasi khusus dan ini harus dipunyai pemimpin masa depan. Robert H. Waterman, Jr, mengatakan:

Sebuah sikap yang disebut FUD – Ketakutan, ketidakpastian dan keraguan—adalah kebalikan dari optimisme yang kuat yang diperbaharui secara terus menerus.

Waterman juga berkata:

Tidak ada pemberhentian IBM, kebijakan tenaga kerja, seperti perusahaan itu sendiri, adalah optimisme yang kuat dalam tindakan. Hal ini berdasarkan pada penghormatan pribadi, suatu ajaran yang melekat dalm budaya perusahaan dan dipusatkan pada semua pembuat keputusan manajemen.

Seperti raksasa, perubahan yang sangat penting dari G force yang telah lalu menjadi G force masa depan yang terbentang. Hadiah terbesar akan selalu menjadikan anda pemimpin. Semua pertumbuhan adalah pertumbuhan itu sendiri. Semua tim G yang positif memimpin manajemennya sendiri. Kamu dapat mengatakan dengan keras, mereka ingin mendengar apa yang kamu katakan!
Warren Bennis percaya bahwa:

Yang pertama, pemimpin yang benar memimpin dengan integritas penuh, dimana karir dan kehidupan personal mereka selalu baik dan harmonis.

WARUNG ILMU : Mencerdaskan Anak Bangsa

oleh : Tata Sutabri S.Kom, MM

Pedulikah kita dengan dunia pendidikan ?
Generasi muda Indonesia, waktu dan perhatiannya sudah tersita oleh game dan internet. Pemakaian warung internet (warnet) yang tersebar dimana-mana saat ini, pemanfaatannya oleh konsumen dirasa masih kurang mencerdaskan pemakai yang notabene-nya kaum muda. Belum lagi mereka yang kecanduan game.

Coba lihat disekitar anda, bahwa warnet dan gamestation sudah ada dimana-mana, anak-anak usia sekolah dan orang dewasa menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game, sekarang sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan dan para orangtua semakin kebingungan karena anak-anak mereka sudah kecanduan Game. Orangtua sudah dibebani dengan biaya hidup yang tinggi dan Juga Pendidikan yang mahal termasuk buku-buku. Adakah tempat yang bisa membuat orang menjadi pintar dengan biaya yang sangat terjangkau dan diajarkan oleh Guru/Pengajar/Dosen yang Professional melalui modul e-learning ? …sekarang ada !! dengan memakai konsep WARUNG ILMU.

WARUNG ILMU, hadir sebagai paradigma baru pendidikan alternatif home schooling berbasis kepada knowledge management dengan model one-stop learning.

Konsep WARUNG ILMU ini hadir sebagai alternatif media belajar untuk anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua dimana mereka semua dapat belajar dengan fleksibel tanpa terikat dengan jadwal, ruang dan waktu, serta sangat menyenangkan, KARENA :
1. Interactive Multimedia dengan gambar, suara demo panduan dan iringan musik.
Dapat diulangi sesuka hati, hingga anda mengerti.
2. Bahasa Pengantar, Bahasa INDONESIA & INGGRIS.
3. Salah satu cara inovatif yang dapat digunakan untuk melakukan dan mendistribusikan Ilmu Pengetahuan di segala bidang.
4. Sangat Membantu untuk meningkatkan kemampuan SDM.
5. Juga sebagai salah satu Solusi ‘Pendidikan murah’.

WARUNG ILMU merupakan sebuah model e-learning yang disajikan secara autodidak dalam bentuk modul simulasi & audio visual interaktif dengan dipandu oleh virtual tutor secara professional. Pola e-learning ini apabila dilakukan secara konsisten dan kontinyuitas, akan membantu proses belajar dengan tingkat pemahaman yang lebih baik.

Secara teknis materi yang diberikan di WARUNG ILMU merupakan sekumpulan CD Interaktif Tutorial Pendidikan yang dikolaborasikan menjadi sebuah database knowledge management yang disimpan di HardDisk dan bisa digunakan secara bersama-sama tanpa menggunakan CD atau CDROM serta bisa juga diparalelkan atau dikoneksikan sampai 100 PC. Adapun sampel modul materi pendidikan yang disajikan di WARUNG ILMU adalah sebagai berikut :
Teknologi Informasi.
Graphics Design : Photoshop, CorelDraw, Page Maker, Illustrator.
Animasi : Flash, Director, After Effect, 3Dmax.
Programming : Visual Basic, Ms. Access, Visual C++, HTML.
HardWare/LAN : Cisco, TCP/IP, Netware, Peer to Peer, Intranet.
MS.Office : Word, Excel, Powerpoint, Outlook.
Operating System : Win98, Win2000, WinXP, Linux redHat.
Web Design : Dreamweaver, Frontpage.

Management.
Time Management Skills, Project Management Skills, Finance, Marketing, Information Technology, Software Engineering, dan pendidikan lainnya seperti Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi, Kedokteran, dan lain sebagainya.

Konsep ini sangat menguntungkan karena konsep ini bisa menyatu dengan Lab. Komputer, Lab. Bahasa, perpustakaan Sekolah, Warnet atau Café & Library, Perkantoran, Lembaga Pendidikan, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Keliling yang sudah di modifikasi dan mempunyai beberapa PC atau Notebook, Perumahan & Tempat Umum atau untuk Perpustakaan Pribadi yang mempunyai Beberapa PC.

Selain itu pula konsep WARUNG ILMU ini dapat dibuat secara independen seperti halnya Warung Internet (WARNET) atau Warung Telekomunikasi (WARTEL). Adapun keuntungan yang didapat oleh pengguna WARUNG ILMU secara independen adalah :
1. Dapat melengkapi aktivitas belajar.
2. Menghemat waktu dan Biaya.
3. Cara belajar yang aman dan sehat.
4. Mengurangi biaya belajar dan pelatihan.
5. Mengoptimalkan kualitas belajar.
6. Praktis, dapat dilaksanakan kapan saja.
7. Bebas repot dan bebas ruwet

Sementara itu sebagai prosedur operasi pada dasarnya WARUNG ILMU bisa menjadi sarana pendidikan alternatif dengan beragam pilihan pelajaran interaktif. Sedangkan mengenai cara atau prosedur pengoperasian WARUNG ILMU amat sederhana yaitu :
1. User tinggal memakai headphone atau active speaker + MIC.
2. Kemudian mengklik mouse.
3. User tinggal memilih program yang dinginkan mulai dari Ilmu Pengetahuan umum, Pendidikan anak-anak, Bahasa Inggris, Calistung, komputer, agama, kedokteran, teknik, multimedia dan masih banyak seri pendidikan lainnya.
4. Tanpa menggunakan CD dan CDROM.

Oleh sebab itu program ini sangat membantu bagi masyarakat sebagai media alternatif belajar, sehingga disebut sebagai Program Pendidikan melalui WARUNG ILMU. Adapun mengenai tujuan dari gagasan WARUNG ILMU adalah :

1. Program ini salah satu cara inovatif untuk dapat dipakai dengan melakukan dan mendistribusikan ilmu pengetahuan di segala bidang.
2. Juga sebagai solusi pendidikan yang murah, praktis dan komunikatif.
3. Sangat membantu bagi para siswa pelajar TK/SD/SMP/SMU, guru, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum lainnya.
4. Hemat biaya dan tidak memerlukan koneksi ke Internet.

Kelebihan lain dari WARUNG ILMU adalah mengajarkan ilmu pengetahuan yang dibimbing oleh virtual tutor secara professional yang sangat berpengalaman pada bidangnya yang sudah disusun berbentuk Modul Simulasi & AudioVisual Interaktif. Anda tidak perlu lagi membaca Buku yang tebal dan memusingkan, namun cukup belajar secara multimedia dengan memperhatikan demo-demo dan mencoba langsung teknik-teknik yang ditunjukkan. Bayangkan Jika hal ini bisa menjamur seperti warnet, waltel dan PS-2 Game Station, masyarakat yang memiliki dana pas-pasan bisa belajar & menambah ilmu setara dengan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi/Kursus, yang tentunya dengan biaya sangat terjangkau.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, harapan kami semoga program belajar ini mudah dan menyenangkan menjadi solusi belajar dan media alternatif untuk meningkat SDM dalam penguasaan teknologi komputer sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa murah karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan Juga Bangsa Indonesia.

PENGEMBANGAN SILABUS

Guru merupakan komponen penting yang menunjang keberhasilan program kegiatan sekolah. Semua komponen yang ada di sekolah tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan proses pembelajaran tanpa didukung oleh guru yang bekerja secara profesional. Dalam pembelajaran memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar tercapai pembelajaran seperti yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005. Dalam pasal 19 PP No. 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Oleh karena itu guru perlu melakukan persiapan mengajar dengan baik. Silabi adalah salah satu kelengkapan administrasi guru yang seharusnya disusun oleh guru yang bersangkutan sebelum melaksanakan pembelajaran. Silabus disusun sebagai acuan bagi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran, dan melakukan penilaian dalam pembelajaran.

A. Prinsip Pengembangan Silabus

Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah:

1. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang

7. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

B. Komponen Silabus

Komponen silabus adalah sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi

Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi

2. Kompetensi Dasar

Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi

3. Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok mempertimbangkan:

  1. potensi peserta didik;
  2. relevansi dengan karakteristik daerah;
  3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;

b. kebermanfaatan bagi peserta didik;

c. struktur keilmuan;

d. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

  1. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

f. alokasi waktu.

4. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman Belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:

  1. Memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional
  2. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
  3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran
  4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan siswa dan materi.

5. Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan indicator adalah:

1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)

2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi

3. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD maupun SK

4. Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Kontekstual

5. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.

6. Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Pada pembelajaran penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran.

7. Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

8. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

C. Contoh Model Silabus

Contoh 1.

Nama Sekolah :

Kelas/Semester :

Mata Pelajaran :

Waktu :

Standar Kompetensi:

No

KD

Indikator

Kegiatan Pemb.

Materi Pembel

Penilaian

Sumber/Bahan








Contoh 2

Nama Sekolah:

Kelas/Semester:

Mata Pelajaran:

Waktu:

Standar Kompetensi:

Kompetensi Dasar:

Indikator:

Materi Pembelajaran:

Kegiatan Pembelajaran:

Penilaian:

Sumber/Bahan:


D. Langkah-langkah Penyusunan Silabus

Langkah-langkah penyusunan silabus adalah sebagai berikut:

  1. Mengisi identitas sekolah
  2. Menentukan tema yang akan disusun silabusnya
  3. Menentukan alokasi waktu
  4. Menuliskan SK semua mata pelajaran yang dimasukan kedalam tema
  5. Menuliskan KD
  6. Menuliskan indikator
  7. Merumuskan kegiatan pembelajaran
  8. Menuliskan indikator
  9. Menentukan bentuk penilaian
  10. Menentukan sumber / bahan